![bali ngaben](http://pusakapusaka.com/wp-content/uploads/2013/10/ngaben.jpg)
Dalam ajaran agama Hindu, jasad manusia
terdiri dari badan halus (roh atau atma) dan badan kasar (fisik). Badan
kasar dibentuk oleh lima unsur yang dikenal dengan Panca Maha Bhuta.
Kelima unsur ini terddiri dari pertiwi (tanah), teja (api), apah (air),
bayu (angin), dan akasa (ruang hampa). Lima unsur ini menyatu membentuk
fisik dan kemudian digerakkan oleh roh. Jika seseorang meninggal, yang
mati sebenarnya hanya jasad kasarnya saja sedangkan rohnya tidak. Oleh
karena itu, untuk menyucikan roh tersebut, perlu dilakukan upacara
Ngaben untuk memisahkan roh dengan jasad kasarnya.
Tentang asal usul kata Ngaben sendiri
ada beberapa pendapat. Ada yang mengatakan bahwa Ngaben berasal dari
kata beya yang berarti bekal. Ada yang berpendapat dari kata ngabu yang
berarti menjadi abu. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa Ngaben
berasal dari kata Ngapen yakni penyucian dengan api. Dalam kepercayaan
Hindu, dewa Brahwa atau dwa pencipta dikenal sebagai dewa api. Oleh
karena itu, upacara ini juga bisa dianggap sebagai upaya untuk membakar
kotoran yang berupa jasad kasar yang masih melekat pada roh dan
mengembalikan roh pada Sang Pencipta.
Bagi masyrakat di Bali, Ngaben adalah
momen bahagia karena dengan melaksanakan upacara ini, orang tua atau
anak-anak telah melaksanakan kewajiban sebagai anggota keluarga. Oleh
sebab itu, upacara ini selalu disambut dengan suka cita tanpa isak
tangis. Mereka percaya bahwa isak tangis justru hanya menghambat
perjalanan roh mencapai nirwana.Hari yang sesuai untuk melakukan upacara
Ngaben biasanya didiskusikan dengan para tetua atau orang uang paham.
Tubuh jenasah akan diletakkan di dalam sebuah peti. Peti ini diletakkan
di dalam sebuah sarcophagus yang berbentuk lembu atau diletakkan di
sebuah wadah berbentuk vihara. Wadah ini terbuat darI kertas dan kayu.
Bentuk vihara atau lembu ini dibawa menuju ke tempat kremasi melalui
suatu prosesi. Prosesi tersebut tidak berjalan pada satu jalan lurus
karena bertujuan untuk menjauhkan roh jahat dari jenasah.
Puncak Upacara adat Ngaben adalah
prosesi pembakaran keseluruhan struktur yaknik Lembu atau vihara tadi
berserta dengan jenasah. Prosesi Ngaben biasanya memerlukan waktu yang
cukup lama. Bagi jenasah yang masih memiliki kasta tinggi, ritual ini
bisa dilakukan selama 3 hari. Namun, untuk keluarga yang kastanya
rendah, jenasah harus dikubur terlebih dahulu baru kemudian dilakukan
Ngaben.
Upacara Ngaben di Bali biasanya
dilakukan secara besar-besaran seperti sebuah pesta dan memakan biaya
yang banyak. Oleh sebab itu, tidak sedikit orang yang melakukan upacara
Ngaben dalam selang waktu yang lama setelah kematian. Saat ini,
masyarakat Hindu di Bali banyak yang melakukan upacara Ngaben secara
massal untuk mengemat biaya. Jadi, jasad orang yang sudah meninggal
dimakamkan untuk sementara waktu sambil menunggu biayanya mencukupi.
Namun, bagi keluarga yang mampu, Upacara adat Ngaben bisa dilakukan
secepatnya.
0 komentar:
Posting Komentar